[caption id="" align="alignleft" width="300"] jokowi-basuki[/caption]
Pertanyaan ini harus dijawab dari dua sudut pandang yang berbeda, karena untuk saat ini, kemungkinan jawabannya benar sekali, bahwa keduanya tidak waras dalam lingkungan / budaya yang dianggap mayoritas adalah benar, meskipun jika diukur secara hati-nurani adalah tidak benar. Budaya korupsi, budaya plat gulipat, yang dikenal dengan kkn hampir terjadi di semua departemen, badan penegak hukum, pendidikan, agama, olah raga, kesehatan dan lain-lain. Dari atas sampai kebawah semua sudah memahami dan mentolerirkan budaya itu hingga tumbuh subur, seolah-olah hati nurani tidak lagi berdaya untuk bekerja karena sudah dianggap benar. Jika sudah demikian judul diatas tepat.
Hampir sudah menjadi umum, jika seorang mau naik pangkat, ingin melamar kerja, mencalonkan diri jadi pejabat, dimana-mana membutuhkan modal yang cukup besar. Bahkan ada yang sampai hutang dan jual harta untuk ditukar dengan jabatan, begitu kalah kelihatan sekali amarahnya lepas control, menggalang masa untuk menghakimi sendiri. Sebagai orang waras, tentu masuk akal, karena modal yang dikeluarkan harus kembali pokok ditambah keuntungan. Itulah yang waras.
Makanya Jokowi – Ahok termasuk tidak waras, karena tidak keluar uang untuk beli jabatan, maka tindakannya juga tidak butuh modal kembali, apalagi dapat keuntungan. jika perubahan ataupun gebrakan kerja yang dilakukan Jokowi – Ahok selau dikritik belum ada bukti nyata. Benarkah demikian ?
Mari kita meninjau sejenak, permasalahan yang sangat berat masalah banjir, masalah kemacetan jalan selalu menjadi ukuran keberhasilan di DKI, Kita melihat kebelakang sebelum Jokowi – Ahok mengambil alih sebagai penguasa tetinggi di DKI. Apakah kedua masalah besar itu sudah teratasi ? Apakah pernah DKI tidak banjir , juga tidak macet ? Sungguh aneh bagi penulis jika Jakarta tidak macet tidak banjir selama ini. Perasaan ini juga terjadi bagi siapa saja yang berada di DKI, bukankah demikian ? Coba bayangkan sudah berapa Gubenur yang pegang DKI ? dikalikan masing-masing 5 tahun. Apakah pantas dibandingkan dengan yang baru menjabat belum setengah tahun. Sesungguhnya jika Jokowi dan Ahok bisa mengatasi itu dalam setengah tahun, tepat sekali judul diatas dikatakan tidak waras.
Memang sulit suatu perubahan dalam budaya yang sudah kuat terjadi. Dari hasil kerja KPK kita bisa melihat departemen mana yang benar-benar bersih ? hampir tidak ada, bukankah demikian ? Budaya yang sudah menjadi waras inilah yang digebrak oleh Jokowi – Ahok, makanya dia tidak waras.
Indonesia saat ini jika mau maju menjadi Negara kuat, haruslah ada orang yang tidak waras seperti mereka berdua. Tentu akan menerima banyak tantangan, bahkan tidak lepas kemungkinan akan menjadi sasaran tembak untuk disingkirkan karena ketidak warasan dalam budaya yang dianggap waras oleh mayoritas. Orang tidak waras menjadi minoritas, tentu sulit melawan yang mayoritas yang menganggap dirinya waras. Suatu perubahan merupakan perjuangan. Kebangkitan / kesadaran rakyat sangat dibutuhkan. Hanya kekuatan itu yang bisa merobohkan budaya waras yang bercokol kuat itu.
Rakyat sudah sadar, sehingga melihat Jokowi dan Ahok dipihak yang tidak waras, harus didukung dan dikawal supaya bisa memimpin dengan baik. Gebrakan yang dilakukan memang tidak popular dalam mata budaya waras yang disebut diatas, tetapi minimal arus sudah menuju perbaikan. Semua bisa dilihat, kita yakin karena jelas keduanya tidak butuh uang kembali, tidak ada investasi dalam memperoleh jabatan. Yang nampak keluguan, kejujuran dan keberanian melawan arus. Bahkan menggunakan fasilitas saja merasa terbeban. Lebih senang hidup sederhana dari pada muluk muluk, senang dilayani daripada melayani.
Penulis ikut merasakan betapa sulitnya memimpin DKI, apalagi harus merobohkan budaya waras itu. Tetapi survey membuktikan, rakyat Indonesia membutuhkan pemimpin yang lugu itu, pemimpin yang tidak war. Doa penulis dari seberang semoga mujizat terjadi, Indonesia bisa melangkah masuk menjadi Negara yang disegani dunia. Jika dunia sudah menyorot kedua tokoh itu, mengapa sesama saudara tidak ? bahkan mau menghancurkannya ? Siapakah yang waras dan siapa yang tidak waras, hati nurani saja yang bisa menjawab dengan tepat.
sumber : Kompasiana
Jangan khawathir bro,yg dimaksud org waras itu nggak seberapa klo dibandingkan dgn "people power" kurang waras yg berada dibelakang pak Jokowi & pak Basuki hahaha....
ReplyDelete